“Sekarang hari yang paling menyenangkan, mengapa? Karena adikku tersayang yang bernama Salsabila itu sedang pawai”.
Namaku
Nada Cinta. Anak ke-5 dari enam bersaudara. Panggil saja Cinta, karena
keluargaku memanggilku Cinta. Dan rangkaian kalimat pembuka itu ku
tuliskan di situs jejaring social Facebook yang dibuatkan oleh kakak
pertamaku, panggil saja dia Kak Aput. Aku menulisnya di sore hari
setelah acara pawai TK pada hari itu selesai. Hampir seluruh TK di Kota
Dumai mengikuti pawai ini.
Aku masih ingat, pagi-pagi
sekali Cinta dan Salsa dibangunkan oleh Kak Aput. Setelah selesai mandi
dan berpakaian, kami pergi ke ruko Fajar untuk mendandani Salsa. Ruko
Fajar terletak di Jalan Sukajadi. Untuk mendandani Salsa, kami pergi ke
lantai dua ruko Fajar. Di sana sudah disiapkan pakaian dan perlengkapan
make-up juga aksesoris untuk pawai oleh Tante Neti. Salsa didandani
selama lebih kurang 15 menit oleh Tante Neti. Salsa didandani dengan
berpakaian adat Minang yang berwarna biru.
Hari ini adalah
hari yang sibuk. Mama membagi tugas untuk kami anaknya agar semua orang
menjalankan harinya dengan lancar. Seperti yang Cinta sebutkan tadi,
Kak Aput mendapat tugas mengurus Salsa untuk pawai ini. Lalu Bang Doli
membantu di Rumah Makan keluarga kami, begitu juga dengan Mama dan Papa.
Kak Yaya mendapat tugas yang sama seperti Kak Aput, mengurus Salsa
dalam pawai juga. Dan Cinta juga sama. Lalu Bang Iam pagi itu pergi ke
sekolah.
Pagi itu tidak sia-sia kami bangun lebih cepat. Karena
Salsa menjadi cantik sekali. Baju kurungnya berwarna biru dan ada motif
bunga berwarna merah, juga pink dan daun yang hijau. Lalu bajunya ada
manik-manik berwarna merah menjuntai di sekeliling kain berbentuk rompi
juga rok. Salsa mengenakan rambut palsu berbentuk sanggul, lalu
dipasangkan Sunting berwarna emas dan bunga merah. Dan juga ada mahkota
emas dengan hiasan manik-manik merah. Salsa mengenakan sepatu berwarna
ungu yang biasa dia gunakan, karena lebih nyaman begitu.
Setelah
selesai mendandani Salsa, kamipun pergi ke kedai untuk sarapan pagi.
Kami sarapan lontong pagi itu. Setelah selesai makan, kamipun
menyempatkan untuk berfoto-foto. Salsa berfoto dengan beberapa orang
yaitu Nenek, Mama, Te Salmi, Bang Doli, Kak Yaya, Sonia dan Cinta. Kak
Aput tidak sempat ikut berfoto karena dia memperbaiki riasan jilbabnya.
Setelah
itu kami semua pergi ke tempat pawai dengan kendaraan. Mama, kak Yaya,
dan Salsa duluan pergi dengan motor. Lalu Te Salmi, Kak Aput, Cinta dan
Sonia menyusul dengan mobil. Mobilnya berwarna biru yang dikendarai oleh
Bang Doli. Kami semua menuju tempat pawai yang berkumpul di Jalan
Pattimura. Karena ramainya lalu lintas di sana, kami yang dengan mobil
diarahkan oleh Pak Polisi untuk berbelok ke Jalan Sultan Syarif Kasim.
Karena
ramainya pagi itu, kami harus berjalan kaki hampir ke ujung Jalan
Pattimura. Mobil yang dibawa oleh Bang Doli berhenti di depan Bank Riau,
karena itu kami tidak bisa langsung menuju barisan pawai TK. Di tengah
kerumunan yang ramai, Cinta dan Kak Aput berpisah dengan Te Salmi dan
Sonia. Karena TK Sonia adalah TK Asnur, sedangkan Salsa TKnya adalah TK
An-Namiroh 18.
Kami pikir Mama dan Kak Yaya juga Salsa
yang telah duluan pergi sudah menemukan tempat berkumpulnya TK
An-Namiroh 18. Ternyata mereka masih berada setengah perjalanan. Untung
saja sebelumnya kami bertemu dengan teman Kak Aput yang keponakannya
juga bersekolah di TK An-Namiroh 18. Jadi kami semua langsung menuju
tempat berkumpulnya teman-teman dan guru Salsa. TK An-Namiroh 18
barisannya berada di dekat Puskesmas di Jalan Pattimura ini.
Walaupun
sebenarnya Mama cukup sibuk, Mama menyempatkan diri untuk menemani
Salsa pagi ini. Mama dan Papa bangun lebih pagi dari kami semua, karena
di hari yang sama dengan pawai TK juga ada pesanan Nasi bungkus yang
cukup banyak. untuk membuat semua orang sibuk di Rumah Makan keluarga
kami. Syukurlah pagi itu semuanya lancar seperti yang diharapkan. Dengan
berbagi tugas, semua pekerjaan jadi lebih ringan. Sama seperti hari
ini.
Di pawai TK ini bisa kita lihat berbagai macam
ekspresi banyak orang. Seperti Ayah dan Ibu yang menemani anak-anaknya.
Mereka semua menyiapkan pakaian yang bagus untuk pawai, sehingga anaknya
bisa tersenyum puas karena memakai baju yang cantik di hari ini. Lalu
minuman, camilan, lap atau tisu dan kipas juga diberikan untuk membuat
anak-anak yang masih TK ini tetap semangat mengikuti pawai.
Kita
juga tahu kalau mengikuti pawai itu artinya kita harus berjalan kaki,
terutama pawai pada hari ini. Setelah setengah perjalanan pawai
berlangsung, beberapa orang tua mulai sibuk memastikan anaknya apakah
masih sanggup untuk berjalan kaki. Kami berjalan mulai dari Jalan
Pattimura lalu melewati Jalan Sultan Syarif Kasim dan berakhir di Jalan
Sudirman, tepatnya di depan Mesjid Taqwa Dumai.
Di
sepanjang perjalanan semua orang tua sibuk dengan keperluan anaknya
tentunya. Dan di sepanjang jalan juga banyak masyarakat Kota Dumai yang
menonton dari pinggir jalan. Sementara Salsa tentu saja ditemani oleh
lebih banyak “orang tua”. Karena Mama hanya menemani di pagi hari,
setelah itu yang menemani Salsa tentu saja kami kakak-kakaknya. Selain
Cinta, Kak Aput dan Kak Yaya, juga ada Bang Dilan yang ikut menemani
kami berjalan kaki di pawai ini.
Ada hal yang lucu setelah barisan
pawai dibubarkan. Kami semua mengejar seorang ibu di zebra cross Lampu
merah. Semua itu agar Salsa bisa berfoto dengan anaknya. Dia bukan dari
TK An-Namiroh, tetapi berpakaian adat Minang dan juga berwarna biru.
Walaupun warna birunya tidak sama dan motif bajunya juga beda, kami
tetap meminta Ibu itu agar mau anaknya berfoto dengan Salsa. Ibu itu
juga terkejut karena ketika menyeberangi zebra cross dihadang oleh kami
yang tidak dikenalnya.
Kak Aput dan Kak Yaya bilang,
sewaktu pawai tidak lengkap rasanya jika kita berpakaian adat tanpa ada
pasangan yang berpakaian sama. Sewaktu Cinta TK juga berfoto dengan
teman laki-laki yang sama-sama berpakaian adat Minang. Begitu juga
dengan Kak Aput, Bang Doli, Kak Yaya, dan Bang Iam. Syukurlah Ibu itu
membolehkan anaknya untuk berfoto dengan Salsa. Ibu itu juga senang
anaknya bisa berfoto dengan Salsa, karena ternyata di TK anaknya tidak
ada anak perempuan yang berpakaian adat Minang berwarna biru.
Lalu kami semua pulang dengan mobil, dijemput oleh Bang Doli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar