Kamis, 07 Juni 2012

Pawai TK Salsabila

“Sekarang hari yang paling menyenangkan, mengapa? Karena adikku tersayang yang bernama Salsabila itu sedang pawai”.

Namaku Nada Cinta. Anak ke-5 dari enam bersaudara. Panggil saja Cinta, karena keluargaku memanggilku Cinta. Dan rangkaian kalimat pembuka itu ku tuliskan di situs jejaring social Facebook yang dibuatkan oleh kakak pertamaku, panggil saja dia Kak Aput. Aku menulisnya di sore hari setelah acara pawai TK pada hari itu selesai. Hampir seluruh TK di Kota Dumai mengikuti pawai ini.

Aku masih ingat, pagi-pagi sekali Cinta dan Salsa dibangunkan oleh Kak Aput. Setelah selesai mandi dan berpakaian, kami pergi ke ruko Fajar untuk mendandani Salsa. Ruko Fajar terletak di Jalan Sukajadi. Untuk mendandani Salsa, kami pergi ke lantai dua ruko Fajar. Di sana sudah disiapkan pakaian dan perlengkapan make-up juga aksesoris untuk pawai oleh Tante Neti. Salsa didandani selama lebih kurang 15 menit oleh Tante Neti. Salsa didandani dengan berpakaian adat Minang yang berwarna biru.

Hari ini adalah hari yang sibuk. Mama membagi tugas untuk kami anaknya agar semua orang menjalankan harinya dengan lancar. Seperti yang Cinta sebutkan tadi, Kak Aput mendapat tugas mengurus Salsa untuk pawai ini. Lalu Bang Doli membantu di Rumah Makan keluarga kami, begitu juga dengan Mama dan Papa. Kak Yaya mendapat tugas yang sama seperti Kak Aput, mengurus Salsa dalam pawai juga. Dan Cinta juga sama. Lalu Bang Iam pagi itu pergi ke sekolah.
Pagi itu tidak sia-sia kami bangun lebih cepat. Karena Salsa menjadi cantik sekali. Baju kurungnya berwarna biru dan ada motif bunga berwarna merah, juga pink dan daun yang hijau. Lalu bajunya ada manik-manik berwarna merah menjuntai di sekeliling kain berbentuk rompi juga rok. Salsa mengenakan rambut palsu berbentuk sanggul, lalu dipasangkan Sunting berwarna emas dan bunga merah. Dan juga ada mahkota emas dengan hiasan manik-manik merah. Salsa mengenakan sepatu berwarna ungu yang biasa dia gunakan, karena lebih nyaman begitu.

Setelah selesai mendandani Salsa, kamipun pergi ke kedai untuk sarapan pagi. Kami sarapan lontong pagi itu. Setelah selesai makan, kamipun menyempatkan untuk berfoto-foto. Salsa berfoto dengan beberapa orang yaitu Nenek, Mama, Te Salmi, Bang Doli, Kak Yaya, Sonia dan Cinta. Kak Aput tidak sempat ikut berfoto karena dia memperbaiki riasan jilbabnya.

Setelah itu kami semua pergi ke tempat pawai dengan kendaraan. Mama, kak Yaya, dan Salsa duluan pergi dengan motor. Lalu Te Salmi, Kak Aput, Cinta dan Sonia menyusul dengan mobil. Mobilnya berwarna biru yang dikendarai oleh Bang Doli. Kami semua menuju tempat pawai yang berkumpul di Jalan Pattimura. Karena ramainya lalu lintas di sana, kami yang dengan mobil diarahkan oleh Pak Polisi untuk berbelok ke Jalan Sultan Syarif Kasim.

Karena ramainya pagi itu, kami harus berjalan kaki hampir ke ujung Jalan Pattimura. Mobil yang dibawa oleh Bang Doli berhenti di depan Bank Riau, karena itu kami tidak bisa langsung menuju barisan pawai TK. Di tengah kerumunan yang ramai, Cinta dan Kak Aput berpisah dengan Te Salmi dan Sonia. Karena TK Sonia adalah TK Asnur, sedangkan Salsa TKnya adalah TK An-Namiroh 18.

Kami pikir Mama dan Kak Yaya juga Salsa yang telah duluan pergi sudah menemukan tempat berkumpulnya TK An-Namiroh 18. Ternyata mereka masih berada setengah perjalanan. Untung saja sebelumnya kami bertemu dengan teman Kak Aput yang keponakannya juga bersekolah di TK An-Namiroh 18. Jadi kami semua langsung menuju tempat berkumpulnya teman-teman dan guru Salsa. TK An-Namiroh 18 barisannya berada di dekat Puskesmas di Jalan Pattimura ini.

Walaupun sebenarnya Mama cukup sibuk, Mama menyempatkan diri untuk menemani Salsa pagi ini. Mama dan Papa bangun lebih pagi dari kami semua, karena di hari yang sama dengan pawai TK juga ada pesanan Nasi bungkus yang cukup banyak. untuk membuat semua orang sibuk di Rumah Makan keluarga kami. Syukurlah pagi itu semuanya lancar seperti yang diharapkan. Dengan berbagi tugas, semua pekerjaan jadi lebih ringan. Sama seperti hari ini.

Di pawai TK ini bisa kita lihat berbagai macam ekspresi banyak orang. Seperti Ayah dan Ibu yang menemani anak-anaknya. Mereka semua menyiapkan pakaian yang bagus untuk pawai, sehingga anaknya bisa tersenyum puas karena memakai baju yang cantik di hari ini. Lalu minuman, camilan, lap atau tisu dan kipas juga diberikan untuk membuat anak-anak yang masih TK ini tetap semangat mengikuti pawai.

Kita juga tahu kalau mengikuti pawai itu artinya kita harus berjalan kaki, terutama pawai pada hari ini. Setelah setengah perjalanan pawai berlangsung, beberapa orang tua mulai sibuk memastikan anaknya apakah masih sanggup untuk berjalan kaki. Kami berjalan mulai dari Jalan Pattimura lalu melewati Jalan Sultan Syarif Kasim dan berakhir di Jalan Sudirman, tepatnya di depan Mesjid Taqwa Dumai.

Di sepanjang perjalanan semua orang tua sibuk dengan keperluan anaknya tentunya. Dan di sepanjang jalan juga banyak masyarakat Kota Dumai yang menonton dari pinggir jalan. Sementara Salsa tentu saja ditemani oleh lebih banyak “orang tua”. Karena Mama hanya menemani di pagi hari, setelah itu yang menemani Salsa tentu saja kami kakak-kakaknya. Selain Cinta, Kak Aput dan Kak Yaya, juga ada Bang Dilan yang ikut menemani kami berjalan kaki di pawai ini.
Ada hal yang lucu setelah barisan pawai dibubarkan. Kami semua mengejar seorang ibu di zebra cross Lampu merah. Semua itu agar Salsa bisa berfoto dengan anaknya. Dia bukan dari TK An-Namiroh, tetapi berpakaian adat Minang dan juga berwarna biru. Walaupun warna birunya tidak sama dan motif bajunya juga beda, kami tetap meminta Ibu itu agar mau anaknya berfoto dengan Salsa. Ibu itu juga terkejut karena ketika menyeberangi zebra cross dihadang oleh kami yang tidak dikenalnya.

Kak Aput dan Kak Yaya bilang, sewaktu pawai tidak lengkap rasanya jika kita berpakaian adat tanpa ada pasangan yang berpakaian sama. Sewaktu Cinta TK juga berfoto dengan teman laki-laki yang sama-sama berpakaian adat Minang. Begitu juga dengan Kak Aput, Bang Doli, Kak Yaya, dan Bang Iam. Syukurlah Ibu itu membolehkan anaknya untuk berfoto dengan Salsa. Ibu itu juga senang anaknya bisa berfoto dengan Salsa, karena ternyata di TK anaknya tidak ada anak perempuan yang berpakaian adat Minang berwarna biru.

Lalu kami semua pulang dengan mobil, dijemput oleh Bang Doli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar